FOTO: Pj Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Hassanudin menerima kunjungan Duta Besar Kanada untuk Indonesia di ruang rapat Lantai 9 Kantor Gubernur Sumut Jalan Diponegoro Nomor 30 Medan, Rabu (12/6). Kunjungan tersebut membahas kerja sama di berbagai bidang antara Provinsi Sumut dan Kanada.
MEDAN (Portibi DNP): Penjabat (Pj) Gubenur Sumatera Utara (Sumut) Hassanudin memaparkan sejumlah potensi yang ada di Provinsi Sumut kepada Duta Besar (Dubes) Kanada untuk Indonesia HE Jess Dutton, mulai dari jumlah penduduk, demografi, potensi pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata, industri, pendidikan, budaya, kesehatan, hingga sumber daya manusia (SDM).
“Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dengan pupulasi terbesar kelima di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara mempunyai potensi pariwisata, tempat parisisata yang menyenangkan, pertambangan, perkebunan, dan alam yang sangat potensial,” kata Pj Gubernur Hassanudin saat menerima kunjungan Dubes Kanada HE Jess Dutton di ruang kerjanya, Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30 Medan, Rabu (12/6).
Jumlah penduduk Provinsi Sumut per 31 Desember 2022 berjumlah 15.372.437 jiwa. Provinsi ini juga dihuni dari berbagai etnis seperti Batak, Karo, Mandailing, Jawa, Nias, Melayu, Tionghoa, Minangkabau, Aceh, Banjar, Banten, Sunda, dan lainnya.
Perekonomian Sumut, katanya, ditopang dari berbagai sektor seperti sumber daya energi, pertanian, perkebunan, pariwisata, ekspor dan impor. Untuk produk pertanian Sumut, ada karet, cokelat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau.
“Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia,” ucapnya.
Dengan pertemuan ini, Hassanudin berharap, akan ada kerja sama antara Kanada dan Provinsi Sumut, bukan hanya di sektor ekonomi tapi juga di sektor pendidikan. Karena pada tahun 2045 Indonesia berada pada bonus demografi.
“Kami akan merasa senang apabila Kanada turut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia, khususnya Provinsi Sumut dengan adanya kerjasama nantinya,” ujar Hassanudin.
Pada pertemuan itu, Hassanudin didampingi Asisten Pereknomian dan Pembangunan Sumut Basarin Yunus Tanjung, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Zumri Sulthony, Kepala Bidang Promosi DPMPTSP Sumut Damar Wulan, Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Sumut Harianto Butar-butar, Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Disperindag ESDM Sumut Azrai Ridho Hanafiah, dan Sekretaris Kesbangpol Hendra Kusuma.
Kepala Bidang Promosi DPMPTSP Sumut Damar Wulan menambahkan, Provinsi Sumut memiliki sejumlah kawasan khusus ekonomi. Seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei. Kawasan ini ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 pada 27 Februari 2012 dan merupakan KEK pertama di Indonesia diresmikan Presiden Joko Widodo.
Damar melanjutkan, KEK Sei Mangkei berlokasi Kabupaten Simalungun yang memiliki kegiatan utama berupa industri pengolahan kelapa sawit, pengolahan karet, pariwisata dan logistik. KEK Sei Mangkei difokuskan untuk menjadi pusat pengembangan industri kelapa sawit dan karet hilir berskala besar dan berkualitas internasional.
“Luas lahan seluas 2.002,7 hektare. KEK Sei Mangkei terbuka akan potensi industri lainnya terutama di sektor hilir dengan nilai tambah yang tinggi. Ada juga Kawasan Industri Medan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1988. Kemudian ada juga kawasan baru yakni Kuala Tanjung dengan luas sekitar 3.400 hektare. Lokasinya dekat dengan Pelabuhan Kuala Tanjung. Untuk sektor pariwisata ada kaldera resort, dan lainnya,” terang Damar Wulan.
Mendengar paparan sejumlah potensi yang ada di Provinsi Sumut, Dubes Kanada untuk Indonesia HE Jess Dutton, merasa takjub. Apalagi ini adalah kunjungan pertamanya ke Provinsi Sumut. Ia menceritakan sudah mengunjungi sejumlah tempat yang ada di Kota Medan seperti Restauran Tip Top, Masjid Raya, Rumah Cokelat. Setelah ini, ia bersama keluarga akan menunjungi Danau Toba yang menjadi destinasi wisata di Sumut.
“Kanada dan Indonesia memiliki hubungan yang terus bertumbuh. Pertemuan ini sebagai upaya agar hubungan tersebut semakin kuat di segala sektor. Bukan hanya di sektor komersil, namun juga hubungan sesama manusia secara global. Saya juga terkesan dengan Pemerintah Sumut terkait pengungsi Rohingya. Kanada sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Kami juga siap membantu jika ada pengungsi Rohingya atas dasar kemanusiaan. Kita tahu mereka adalah korban perdagangan manusia, bukan hanya pengungsi Rohingya tapi jua pengungsi lainnya,” ujarnya.
Kanada dan Indonesia, lanjutnya, merupakan negara sahabat dengan kerja sama yang erat, pasar yang prospektif bagi upaya peningkatan ekspor, dan sumber potensial bagi investasi dan wisatawan asing. Kanada merupakan negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia yang menduduki peringkat 4 setelah Rusia. “Karena kami bersebelahan dengan Amerika Serikat, jadi lebih banyak yang memandang ke negara tersebut dibanding kami,” katanya.
Negara dengan julukan The Great White North itu terdiri dari mata pencaharian masyarakat di sektor agraris. Selain itu, banyak dari masyarakat yang menjadi peternak maupun menjalankan perekonomian dari sektor perikanan dan pertambangan. Masyarakat Kanada juga sangat menjunjung toleransi.
“Indonesia dipandang sebagai negara besar di ASEAN dengan pertumbuhan ekonomi luar biasa pada tahun 2050. Kanada ingin sekali menjalin kerja sama ddengan negara Indonesia, bukan hanya dari segi bisnis, tapi juga di bidang akademi. Memposisikan Indonesia menjadi kekuatan yang lebih kuat,” ujarnya. **